Stoikisme, Filosofi Teras | Ulas Bukuku

Buku ini merupakan karya kedua Om Piring yang kubaca. Jauh sebelumnya, terlebih dahulu saya bersinggungan dengan bukunya yang mengupas berbagai kategori perilaku menyebalkan. Lagi-lagi buku ini saya baca karena algoritma konten dari Pak Faiz. Yah, setidaknya masa saya dipingit karena pandemi tidak terlalu sia-sia.

Sudah banyak orang yang membacanya. Bahkan, buku yang saya baca merupakan cetakan ke-25. Belum lagi akhir-akhir ini kalau tidak salah sudah mencapai cetakan ke-75. Bukankah berusaha menggarami lautan jika tulisan ini saya tujukan pada khalayak luas. Toh, sedari awal tujuan kolom ini ada cuma untuk kepuasan pribadi dengan harapan tidak ada orang lain yang membaca. Kalaupun ada, ya, saya tidak terlalu peduli juga.

Nah, beberapa kalimat sebelumnya ini merupakan contoh ajaran Kaum Stoa. Inti ajarannya kurang lebih adalah pemahaman dan praktik bahwa kita hanya perlu mengontrol hal-hal yang ada dalam kendali kita. Sedangkan, di luar itu hanya perlu mengubah persepsi kita. Saya juga pusing ini jelasinnya. Maklum, kondisi jogja sedang kurang bersahabat dengan mereka yang berpuasa.

Gampangnya, kalau boleh meminjam kata-kata pemuda Jawa sekarang, stoikisme itu adalah paham wong liya ngerti apa? (orang lain tahu apa?). Tentu saja tetap dengan kompas kebajikan. Nah, kompas ini juga bahasan tersediri yang dibukukan oleh Om Piring.

Balik lagi ke Stoikisme. Kenapa bisa dinamakan filosofi teras? Hal itu sudah Om Piring jelaskan. Jadi, baca lagi aja. Seingat saya karena munculnya filosofi ini didiskusikan di teras-teras Yunani. Lupa juga teras milik siapa. Seigatku juga, pokoknya serba seingat saya, filosofi ini cocok jadi pegangan buat siapa saja, apapun latar belakangnya, kapan saja, dan bagaimana saja keadaanya. Berlebihan. Tapi, ya gitulah, banyak cocoknya.

Hidup jadi lebih chill, ga fomo, ga gampang panik, dan terkadang dianggap apatis. Lupa itu testi siapa.

Kalau cuma mau tahu sinopsisnya, searching aja udah banyak. Ini cuma kegiatan inventaris buku. Terima kasih.

Postingan populer dari blog ini

MUKADIMAH

Spes Qua, Spes Quae | Ulas Bukuku

Runa dari Sumba | Ulas Bukuku