LDII Dari Amal Saleh Hingga Kemandirian | Ulas Bukuku
Meski ada beberapa draft dan buku lain yang belum terselesaikan, saya akan coba ulas buku karya Ust. Dr. Ahmad Ali MD, M.A. agar sesuai suasana pembuka Ramadan saat ini. Beliau adalah seorang cendekiawan Nahdlatul Ulama, entah intrik apa yang ada dibalik bukunya yang berjudul "Nilai-Nilai Kebajikan dalam Jamaah LDII Dari Amal Saleh Hingga Kemandirian Menggali dan Mengkreasikan Hikmah dalam Kehidupan". Mengapa perlu mengkaji organisasi islam yang memiliki stigma eksklusif? Kebajikan apa yang dapat dipetik?
Dr. Ahmad Ali dalam pengantarnya menjelaskan bahwa maksud dan tujuan penulisan buku ini tak lain dan tak bukan ialah dalam keperluan mengambil hikmah, sesuatu yang positif yang ada dalam jamaah LDII. Lebih dari itu, beliau berharap dapat menyebarluaskan nilai-nilai kebajikan dan dapat dicontoh siapapun dan komunitas apapun. Nilai-nilai tersebut beliau tuliskan dalam sebelas bab.(1) Amal saleh; (2) kebersihan, kesucian, dan kerapian; (3) kedisiplinan; (4) solidaritas; (5) rukun, koordinasi, soliditas, dan kekompakan; (6) persaudaraan (ukhuwah); (7) menghormati tamu; (8) musyawarah; (9) kerja sama yang baik; (10) kepedulian sosial; dan (11) kemandirian. Beberapa nilai tersebut dalam LDII dikenal dengan sebutan Enam Tobiat Luhur.
(1) Amal saleh bukan hanya kategori dalam perbuatan manusia, melainkan sudah menjadi frasa yang lekat dengan LDII. Frasa "amal saleh" biasa jamaah LDII disandingkan dengan kalimat perintah. Ir. H. Chriswanto Santoso, M.Sc., Ketua Umum DPP LDII, menjelaskan bahwa "amal saleh" menjadi sebuah konsep pendekatan yang humanis dan senantiasa mengingatkan bahwa apa yang dikerjakan adalah sesuatu ibadah yang berpahala.
(2) Najis masih menjadi isu yang sering muncul jika membahas organisasi ini. Dr. Ahmad Ali menerangkan dari pengmatannya bahwa di komunitas LDII menjaga kebersihan terlebih lagi kesucian menjadi perhatian tersendiri karena sangat berkaitan erat sebagai elemen syariat salat. Beliau menjumpai di tempat-tempat toilet atau kamar kecil selalu disediakan sandal. Dan yang menurut beliau unik adalah kebiasaan membalikkan posisi sandal dan merapikan sandal.
Mungkin dua bab itu terlebih dahulu yang dapat saya ulas. Selebihnya mohon maaf tidak dapat saya lanjutkan karena harus mengejar target Lima Sukses Ramadhan dan tanggungan akamedemik lainnya. Matur nuwun.. (pakai nada closing Mandan Kenthir)
