JOGJA BAWAH TANAH | Ulas Bukuku

 Ulasan kali ini saya akan coba dengan cara yang sesingkat-sesingkatnya. Hal ini mengingat banyak isinya yang terlalu menarik, khususnya bagi seorang warga Ngayogyakarta.


Buku ini disusun kolektif dari beberapa kontributor. Ada sembilan atau sepuluh penulis yang membeberkan fakta-fakta seputar Jogja yang boleh jadi banyak warganya sendiri belum tahu. Yap, ulasannya sampai sini saja. Setelah ini, saya akan rangkum kelima belas fakta yang ada di Jogja versi buku ini.

Berikut akan saya rangkumkan kelima belas fakta tersebut:

    1. Warung Bu Spoed yang Brusia 100 Tahun dan Mbah Galak yang Tolak Permintaan Sultan HB IX
    Fakta pertama hasil tulisan Rahma Ayu Nabila sudah cukup menjelaskan isi keseluruhan cerita jika kita baca dari judulnya saja. Mungkin yang bisa saya tambahkan hanya lokasi dan jam tutupnya. Lokasi warung ini ada di daerah Gondomanan, lebih tepatnya di Jl. Ruswo No. 32 bersebelahan dengan tempat Pak Warto menjual susu segar saat sore dan bersebrangan dengan Indomaret Yudhonegaran. Mengenai jam tutupnya, warung ini bisa tutup beberapa saat setelah jam makan siang. Lewat jam 12 banyak yang sudah habis.
    Mengenai kisah Mbah Galak yang menolak utusan Sultan HB IX mengingatkan saya pada adagium "nek panganane enak, bakule oleh pagob" (kalau makanannya enak, penjualnya boleh keras). Namun, setelah tahu alasannya, cukup masuk akal bagi saya. 
    2. Jamu Cekok Kerkop, Melegenda Sejak 1875 karena Mengandung Kesabaran
    Salsa Annisa Azmi menceritakan tntang budaya meminum jamu yang masih berjalan di Jogja. Tidak terkecuali mencekok jamu kepada anak-anak. Jamu Cekok Kerkop menjadi salah satu saksi dan pihak yang terlibat langsung dalam praktik ini. Dalam fakta ini, Salsa banyak mengulik kiat-kiat Jamu Cekok Kerkop untuk tetap eksis sampai sekarang. Warung Jamu ini setiap harinya mulai melayani pengunjungnya sejak pagi dan berlokasi di Jl. Brigjen Katamso No. 132, Kota Yogyakarta.
    3.  Kedai Rukun: Cita-Cita Bapak, Resep Ibu, dan Janji Anak
    Sebuah kedai yang menyajikan masakan rumahan yang nyempil di kawasan Kadipiro. Dharma Putra menceritakan bagaimana awal mula berdirinya kedai ini hingga bisa seramai kini. Ada menu yang setiap hari berganti. Suasana tempatnya juga cukup kalcer untuk sekadar mengunggah story IG. Bahkan, Tim Jiroluger pernah me-review kedai ini dan tanpa tedeng aling-aling menyematkan SM BRITAMA untuk menu-menunya, sebuah pujian nan sanjungan terhormat dari kedua host kondang itu.
    4. Ayam Goreng Mbah Cemplung, Warisan Keluarga yang Menolak Bondan Winarno
    Berkisah tentang salah satu pionir ayam goreng di Jogja. Mbah Rejo Sidal a.k.a Mbah Cemplung memulai usahanya mulai pada tahun 1973 di area Sendang Semanggi, Gunung Sempu, Desa Sembungan, Bangunjiwo, Kasihan. Kriteria dari Mbah Cemplung dalam memilih ayam cukup strict, harus ayam umbaran. Meski sempat menolak kerja sama dengan sosok Bondan Winarno, Ayam Goreng Mbah Cemplung tetap membuka cabang dengan anggota keluarga. Arif Hernawan mencatat sudah ada cabang warung ayam goreng ini di daerah Padokan, Trimurti, Kasihan.
    5. Jogja di Sepotong Sayap Olive Fried Chicken
    Kawula muda Jogja mana yang tak kenal dengan konsum andalan saat event. Bahkan, muncul candaan bahwa Olive menjadi bagian dari oleh-oleh khas Jogja, bersanding dengan bakpia, gudeg, dan feodalisme. Agung Purwandono berhasil mewawancarai pasangan suami-istri yang menjadi tokoh penting hadirnya Olive Fried Chicken di muka bumi Jogja.
    6. Makam Banyusumurup, Kisah Kelam yang Disembunyikan Mataram Islam
   Syaeful Cahyadi menceritakan tentang makam terpencil di kawasan Imogiri yang konon diperuntukkan bagi musuh oleh Amangkurat I.
    7. Kisah Rumah yang Nyempil Sendirian di Hotel Hyatt Jogja
    Keteguhan Tukidi dan Lasiyem dalam mempertahankan petak tanahnya menarik perhatian Benedth Maria Pasaribu. Maria berhasil menggali sejarah rumah itu dan alasan dari dua sejoli itu untuk tetap mempertahankan rumahnya. 
    8. Pogung, Labirin yang Membuat Bingung dan Teori Belok Kanan.
    Mempunyai seorang yang berdomisili di Pogung membuat saya cukup relate dengan rumitnya jalur di wilayah itu. Krissanti Dewi dengan apik menguraikan penyebab Pogung sebegitu menyesatkan dan teori belok kanan sebagai solusinya. Apakah berhasil?
    9. Tidak Ada Batman di Babarsari Gotham City
    Tidak ada habisnya jika membahas peristiwa kriminil di daerah Babarsari. Tak heran jika banyak yang menjuluki sebagai Gotham City, kota yang gelap, penuh dengan anarko. Sayangnya, benar, di sini tidak ada Batman yang standby setiap saat menegakkan keadilan. Gusti Aditya berhasil melakukan riset yang entah skala kecil atau besar untuk mengungkap alasan gelapnya kota ini.
    10. Fenomena Kos LV di Jogja, Dicari Karena Bebas Bawa Pacar
    Agaknya fakta kali ini masih erat kaitannya dengan fakta sebelumnya. Tim Jogja Bawah Tanah seakan melengkapi serta mempertebal kelamnya Gotham City van Jogja ini. Sudah menjadi rahasia umum jika Kos LV cukup menjamur di daerah Babarsari. Beberapa teman saya, bahkan memiliki stigma negatif tentang mereka yang tinggal di wilayah ini. Sekalipun komplek huniannya melarang tamu lawan jenis untuk sekadar datang berkunjung.
    11. Tak Ada Ruang Gratis untuk Anak Muda, Klitih di Jogja Makin Menggila
    Siapa yang tidak kenal dengan istilah klitih di Jogja? Kali ini Arif Hernawan berusaha menelusuri faktor utama dan bibit dari klitih di Jogja. Dalam temuannya, setidaknya ada tiga faktor utama. Minimnya ruang berekspresi bagi anak muda, kesenjangan ekonomi, dan pengaruh lingkungan khususnya keluarga. 
    12. UMR Yogyakarta: Kisah Para Pekerja dan Mitos Biaya Hidup Murah
    Tulisan dari Syaeful Cahyadi ini seperti yang kita tahu
    13. Sejarah Lapen yang Terlupakan: Dari Jamu di Jalan Solo hingga Jadi Miras Oplosan 
    Lapen terlanjur terkenal sebagai akronim dari langsung pening. Padahal, bukan. Lapen seblumnya merupakan brand obat kuat yang spanduknya dititipkan pada penjual jamu. Pada tulisan kali ini Agung Purwandono berangkat dengan tujuan mengonfirmasi kebenaran dari cerita-cerita yang selama ini beredar.
    Jika butuh audio visual soal-menyoal lapen, seingat saya pernah ada satu video yang juga mengulik hal yang sama.
    14. Orang-Orang Malioboro yang Dipindahkan
    Eko Susanto menyoroti peristiwa tahun 2022 di mana pedagang-pedagang yang mengisi trotoar Malioboro harus pindah. Menariknya ada perayaan-perayaan yang dilakukan oleh pedagang-pedagang untuk menyambut perpisahan. Kini trotoar Malioboro tak sepadat dulu. Meski nampak lebih bersih, tetapi tetap saja ada yang kurang.
    15. Sehari Bersama Pieter Lenon, Pengamen Legendaris Jalan Kaliurang
    Gusti Aditya melakukan riset dengan penuh dedikasi. Ia menyambangi rumah dan seharian ikut Pieter mengamen, menyanyikan lagu-lagu The Beatles. 




Postingan populer dari blog ini

MUKADIMAH

Spes Qua, Spes Quae | Ulas Bukuku

Runa dari Sumba | Ulas Bukuku