Pohon Lemon, Perang Suriah, & Cintaa~

 Karena fomo, akhirnya terbelilah satu buku ini. Novel dengan kisah cintha-cinthaan, perlawanan, trauma, asssembuh. Berlatar masa pemberontakan di Suriah. Dengan tokoh utama seorang gadis medis yang terjebak di tengah perang saudara dan berhutang janji dengan kakaknya yang entah bagaimana nasibnya. Gadis yang harus berhenti menempuh studi farmasinya yang baru satu tahun, ditinggal mati keluarga, dan menderita trauma.

Trauma.

Demi mengatasi emosinya, Salama akan merapalkan jenis bunga beserta khasiatnya, sesuai kondisi hatinya. Salama menjadi relawan di sebuah rumah sakit. Sedangkan, dirinya sendiri selalu berhalusinasi selepas pulang dari tugas. Khawft kerap muncul menagih janji Salama kepada kakaknya untuk membawa keluarganya pergi dari Suriah. Khawft juga yang membantu Salama tetap "rasional" di tengah tekanan prang. Salama sadar akan halusinasinya, tetapi tetap tidak berkuasa atas mereka.

Tekanan Salama akan bertambah besar ketika ia gagal lagi menyelamatkan nyawa orang di depannya. Peristiwa itu akan menghantuinya berhari-hari, berminggu-minggu, dan terus bertumpuk dengan peristiwa serupa. Beruntungnya, Salama masih ditemani oleh Layla, sahabat sekaligus kakak iparnya. Hal ini, menambah alasannya untuk bertahan hidup. Setidaknya sampai janji kepada kakaknya terpenuhi.

Salama selalu ragu dan cenderung menghindar ketika ada kesempatan untuk bertanya dengan Auf, seorang "calo" yang bersedia mmberangkatkan orang pergi dari Suriah. Auf cukup pengertian, ia tidak akan mengganggu tenaga medis yang bertugas. Ia hanya akan menawarkan jasanya kepada korban-korban di rumah sakit. Korban yang telah merasakan bagaimana beratnya hidup di tanah Suriah.

Kita skip ke persoalan Ahmad, bocah yang Salama gagal selamatkan karena ledakan dan pendarahan dalam. " ... kalau aku masuk surga ... akan ku sampaikan ... semuanya ... kepada Tuhan," kalimat terakhir Ahmad.

Belum selesai dengan Ahmad, Salama harus pergi karena seorang pemuda memintanya tolong memeriksa adiknya yang mendadak menggigil dan tidak dapat dibawa ke rumah sakit. Sore itu Salama mengunjungi seorang gadis kecil yang menggigil karena serpihan bom masih bersarang di tubuhnya. Dengan peralatan seadanya, Salama menjadi dokter bedah. Berhasil!

Terpaksa Salama harus tinggal di tempat itu. Namun, ada pertanyaan yang mengganjalnya. Ia merasa mengenal sosok pemuda itu. Sesi per-cintha-an nan rumit itu dimulai dar sini.

Terkuaklah bahwa pemuda itu adalah Kenan, pemuda yang akan dijodohkan dengan Salama sebelum meletusnya perang di kota mereka. Benih itu mulai tumbuh kembali dan memperumit cerita ini. Sayangnya, Kenan adalah pemuda yang sangat ingin memperjuangkan negrinya. Ia berada dipihak tentara pembebasan dan sering kali mengunggah videonya yang berisi kondisi mereka di internet.

Namun, tekad Salama untuk #kaburajadulu sudah bulat. Ia bahkan berani mengancam Auf dengan menyandera anak perempuan Auf yang hampir mati. Walaupun peristiwa tersebut melukai nuraninya sendiri, Salama terpaksa melakukannya demi memenuhi janjinya dan menyelamatkan Layla.

Singkat cerita, Kenan tahu tentang trauma dan halusinasi yang Salama derita. Mereka berdua menikah, dinikahkan oleh kepala dokter di rumah sakit tempat Salama menjadi relawan. Mereka pulang ke rumah Salama -Layla- dan terbuka lagi satu kebenaran bahwa selama ini Layla juga bagian dari halusinasi Salama. Layla telah tewas lima bulan yang lalu. Selama itu juga Salama hidup bersama teman halusinasinya.

Akhirnya mereka bisa pergi juga dari Suriah dan happy ending..

Novel "As Long As Lemon Trees Grow" karya Zoulfa Katouh ini cukup berhasil membuat saya pribadi beberapa kali terkejut karena plot cerita yang dia buat. Meskipun di beberapa bagian awal merasa ceritanya seperti template cerita-cerita konflik lain. Termasuk novel mbois yang saya baca bulan ini.

Postingan populer dari blog ini

MUKADIMAH

Spes Qua, Spes Quae | Ulas Bukuku

Runa dari Sumba | Ulas Bukuku