PEMERENTAH AWAL 2025
Bismillah,
Uraian ini ditulis ketika kemerdekaan berpendapat masih dijamin oleh konstitusi negara ini.
Hanya bagian dari kegelisahan seorang warga negara biasa terhadap kondisi bangsanya. Tak akan banyak hal ndakik-ndakik dan filosofis. Dan mungkin memang tidak ada karena sekali lagi saya hanya warga negara biasa. Saat ini saya masih warga negara Indonesia yang biasa. Entah dengan #kaburajadulu kedepannya bagaimana. Kata pejabat-pejabat nasionalisme kami dipertanyakan jika memilih merantau ke negri orang. Padahal presiden kita juga pernah #kaburajadulu ke Jordan waktu bermasalah soal HAM. Masalahnya sudah selesai?
Belum lama ada paparan presentasi yang menyatakan bahwa pendidikan dan kesehatan hanya prioritas pendukung di rezim ini. Lalu muncul ke(tidak)bijakan efisiensi diberbagai lini, kecuali Parcok (Partai Coklat), Parjo (Partai Ijo), dan kawan-kawan. Jutaan warga terkcoh, menebak anggaran hasil efisiensi yang berbuntut PHK masal itu untuk memberi makan anak-anak. Ternyata eh ternyata dipakai untuk memberi panggung yang katanya mantan presiden dan katanya cuma mau kembali ke kampung halaman. "Hidup rakyat Jokowi!!" seru presiden sekarang, "ndhasmu!" begitu (pula harusnya) lanjutnya.
Katanya judi dilarang. Tapi judi online backing-annya Parcok dan Kementrian. Sekarang malah mau bikin Superholding dengan anggaran ribuan triliyun rupiah tanpa boleh diaudit KPK dan BPK. Bebas mau dipakai untuk investasi atau judi. Kalau untung belum tentu rakyat makmur, buntung kekacauan menjamur. Mungkin pemerentah sudah belajar dari Jiwasraya dan ASABRI. Saya justru punya konspirasi bahwa larangan judi hanya untuk masyarakat bermental pesimis. Mereka yang kulina (terbiasa) judi mentalnya sudah terbentuk. All in untuk semesta!!
Satu-satu kementrian yang berhasil sekarang hanyalah Kementrian Kegelapan yang dipimpin sesosok karismatik, Rindradana, atau yang lebih sering dipanggil Bung Rin. Kementrian yang punya kemampuan forcasting mengenai kondisi negri ini, punya berbagai mitigasi, serta optimisme akan Indonesia Emas 2045 H. Bahkan, tulisan ini saya buat karena banyak terinspirasi oleh kementrian ini. Besar harapan saya dapat menjadi bagiannya.
Sayangnya mahasiswa terlalu buru-buru dan nafsu untuk berdemo. Ke(tidak)bijakan selama ini sangat jelas menerapkan meta " Cek Ombak". Tahan dulu, tahan sampai kebusukan dan kehancuran dirasakan semua kalangan. Saat itu terjadi kita bisa menawarkan kepada masyarakat, mau pakai metode Perancis, Rusia, atau Tiongkok. Jawaban terbuka juga dipersilakan. Saya yakin akan lebih berdampak dengan catatan masyarakat disertai naluri yang sehat dan tekanan yang besar.

