Postingan

Pacar Merah 1 | Ulas Bukuku

Gambar
       Setelah sekian tahun mengunjungi, memburu buku, atau hanya menitip uang untuk dibelikan buku random, akhirnya sedikit aku paham asal nama Patjar Merah itu. Event melapak buku di berbagai kota dengan tawaran penerbit-penerbit yang mulanya asing di telinga. Marjin Kiri, Komunitas Bambu, dan lain-lain. Buku-buku terbitan merekalah yang lambat laun menagih ruang dari bacaan yang Bung Awan sebut sebagai teenlit .         Sekalipun telah membaca karya Mochtar Lubis dan Tan Malaka yang masih sejaman dengan Matu Mona, novel Pacar Merah Indonesia ini masih cukup sulit untuk aku ikuti. Novel ini dapat digolongkan dalam fiksi-historis. Matu Mona mengambil inspirasi tokoh utamanya dari Tan Malaka dan tokoh-tokoh lain, seperti Alimin, Semaun, Darsono, dan Muso. Berbekal pengetahuan biografi Tan Malaka dari otobiografinya dan sedikit sejarah Partai Merah mungkin dapat membantu dalam memahami alur novel ini.        Daftar kata dan...

Rolasan Sepuluh Malam Terakhir Ramadan

Gambar
  Rolasan adalah kata yang biasa dipakai para pekerja untuk istirahat dan makan siang yang merujuk pada waktu jam dua belas siang. Tulisan ini adalah upayaku untuk mendokumentasikan kegiatan sepuluh malam terakhir di masjid kami. Espesiali dari sisi kuliner. Hidangan yang disajikan untuk mengisi kembali tangki energi jamaah yang menghendaki hambayang sampai tengah malam, bahkan dini hari. Selamat membaca dan semoga kebaikan selalu berpihak pada mereka yang mengupayakannya. Kamis, 20 Maret 2025 Menu hari ini diprakasai oleh Mbok Yam, anaknya, & mantunya. Tak perlu diragukan lagi bahwa akan ada rambak yang turut eksis mengingat ketiganya keluarga juragan rambak. Seret. Satu paketnya terdiri dari nasi, semur yang ditelur, acar, kreni, jeruk, dan primadona kita, si rambak. Sayang, aku yang malam ini datang terlambat kebagian beberapa sisi nasi yang kami sebut mlethis . Bukan pera, tapi lebih ke kurang air. Kering. Syukurlah, hal itu tidak menghancurkan kenikmatan satu kotak penuh....

NAMAKU ALAM | Ulas Bukuku

Gambar
Satu lagi buku karya Leila S. Chudori yang berhasil saya baca karena diberi pinjam. Masih satu univers dengan novel Pulang  yang mengisahkan kehidupan para eksil politik bertajuk dan pernah saya ulas pertengahan bulan Maret. Pun, Segara Alam setidaknya sudah memiliki satu babak dari bagian novel Pulang . Sempat tebersit pertenyaan yang membuat saya tidak bernafsu membaca, mengapa sosok Segara Alam masih harus diceritakan lebih dalam? Namun, satu alasan yang membuat saya mulai membuka sampul buku itu adalah pertanyaan tentang bagaimana Leila akan menceritakan sosok Alam. Bagaimana membuat pembaca yang sudah mengenal Alam tidak begitu saja bosan sekaligus memperkenalkan Alam secara rinci kepada pembaca baru? Selain caranya membangun tokoh dalam novel, Leila selalu saja memberikan refrensi sastra yang begitu intens. Epos Mahabharata tidak pernah absen dari karyanya, penulis-penulis beken, film-film populer, dan musik-musik kondang juga turut bertebaran di tulisannya. Makin banyak...