Postingan

Desawarnana (Saduran Kakawin Nagarakertagama) | Ulas Bukuku

Gambar
Satu buku terbitan Komunitas Bambu yang entah kapan sempat saya baca. Biasanya momen pertama membaca sebuah buku memiliki kesan tersendiri yang mau tidak mau nyempil di kotak ingatan atau paling tidak saya bubuhkan tanggal di bagian kolofon atau sekitarnya. Mungkin satu-dua tahun lalu. Toh, juga tidak terlalu penting. Hal yang penting adalah bagaimana dedikasi seseorang menyadur Kakawin Nagarakertagama menjadi bacaan yang cukup mudah dipahami orang awam atau remaja sekali pun. Pak Mien dengan luwesnya menceritakan kembali isi satu karya klasik ini sehingga ringan diterima. Segala penyebutan tentang kota, tumbuhan, hewan, dan lain-lain oleh Pak Mien telah disesuaikan dengan sebutan populer sekarang.  Melalui Desawarnana ini kita dapat menilik kembali bagaimana kehidupan bangsa Majapahit di era Mpu Prapanca. Sebagai pembaca kita akan terlebih dahulu dikenalkan dengan keluarga raja. Kemudian, kita akan diajak berkeliling menyambangi puri-puri di Ibu Kota. Tidak lupa juga dijelaskan me...

Stoikisme, Filosofi Teras | Ulas Bukuku

Gambar
Buku ini merupakan karya kedua Om Piring yang kubaca. Jauh sebelumnya, terlebih dahulu saya bersinggungan dengan bukunya yang mengupas berbagai kategori perilaku menyebalkan. Lagi-lagi buku ini saya baca karena algoritma konten dari Pak Faiz. Yah, setidaknya masa saya dipingit karena pandemi tidak terlalu sia-sia. Sudah banyak orang yang membacanya. Bahkan, buku yang saya baca merupakan cetakan ke-25. Belum lagi akhir-akhir ini kalau tidak salah sudah mencapai cetakan ke-75. Bukankah berusaha menggarami lautan jika tulisan ini saya tujukan pada khalayak luas. Toh, sedari awal tujuan kolom ini ada cuma untuk kepuasan pribadi dengan harapan tidak ada orang lain yang membaca. Kalaupun ada, ya, saya tidak terlalu peduli juga. Nah, beberapa kalimat sebelumnya ini merupakan contoh ajaran Kaum Stoa. Inti ajarannya kurang lebih adalah pemahaman dan praktik bahwa kita hanya perlu mengontrol hal-hal yang ada dalam kendali kita. Sedangkan, di luar itu hanya perlu mengubah persepsi kita. Saya juga...

Siapa Ingin Merdeka Harus Bersedia Dipenjara, Bagian II | Ulas Bukuku

Gambar
 Bagian II mohon maaf karena mungkin ada beberapa kesalahan dari Bagian I     Penggalan hidup Tan Malaka di daratan Tiongkok agaknya menjadi yang terpanjang sehingga boleh dikatakan menjadi rumah kedua.     Lolos dari kejaran polisi di pelabuhan, Tan singgah di sebuah desa hingga pada 1929 ia menuju Shanghai. Muncul nama "Ossorio" dan "Ong Song Lee" (dengan banyak variannya) sebagai nama samaran Tan Malaka. Pergerakan yang dilakukan oleh Jepang membuatnya berpindah lagi, menuju India (1932). Sayang, ketika berlabuh di Hong Kong, Tan tertangkap dan ditahan beberapa waktu. Setelah interogasi panjang, ia dikembalikan ke Amoy. Tan kemudian pergi menuju desa Iwe, tempat kenalannya tinggal. Desa Iwe menjadi tempat Tan memulihkan penyakit yang selama ini ia derita. Tan yang semula cukup skeptis dengan upaya-upaya 'tradisional' yang menurutnya kurang logis itu mulai memperoleh kesembuhan. Salah satu resep yang saya ingat berupa masakan berbahan dasar bebek dengan be...