BAHASA SANDI WONG JOMBORAN
Dujul: Bahasa 'Sandi' Wong Jomboran dan Sekitarnya
"Damang rudung?" tanya Alm. Pak Dukuh. Pertanyaan itu merupakan kalimat pertama yang dapat penulis ingat dengan jelas mengenai bahasa 'sandi' ini. Circa tahun 2016-2017 penulis mendengar kalimat itu. Entah sejak kapan sandi tersebut beredar, tapi sewaktu mendengar itu penulis sudah paham isi pertanyaannya. "Madang durung?" begitu maksudnya yang berarti ''Makan belum?'' dalam bahasa Indonesia. Siapa pencipta atau pionirnya masih belum penulis dalami. Bahasa sandi ini dituturkan sporadis begitu saja hingga saat ini. Biasa sandi ini digunakan oleh pemuda sewaktu membicarakan hal yang tabu terlebih ketika di sekitarnya ada orang tua atau anak-anak. Meskipun banyak orang tua atau anak-anak yang paham juga.
Kami yang bertempat tinggal di Yogyakarta khususnya di pedukuhan Jomboran, kelurahan Gilangharjo tentu juga mengenal bahasa lain seperti basa walikan. Namun, bahasa sandi yang kami gunakan sadar atau tidak telah menjadi sebuah identitas. Jika seseorang tidak bisa menangkap apa yang orang lain sampaikan maka itu belum bisa disebut komunikasi. Begitu juga dengan sandi ini. Banyak pemuda dari luar desa yang main dan mengenal sandi ini, tapi akan tidak berguna jika sandi ini dia bawa ke desanya. Sejauh penelusuran penulis, walaupun anak rumahan, setidaknya sandi ini dituturkan oleh warga Jomboran dan sekitarnya. Bahkan Pak Dukuh yang sekarang pun sedikit-banyak bisa menuturkannya.
Rumus
Disclaimer terlebih dahulu bahwa penulis bukan orang sastra apalagi paham struktur bahasa. Jadi, akan penulis sampaikan dengan bahasa sendiri. Setidaknya konsep sandi ini hanyalah menukar konsonan dan mempertahankan rima sebuah kata. Agar lebih mudah akan penulis berikan beberapa contoh.
Kata 'Judul' akan menjadi 'Dujul'. Dimana huruf 'j' ditukar dengan huruf 'd', serta rima 'ul' atau 'l' tetap dipertahankan. Begitu pula dengan kata 'Jadul' akan menjadi 'Dajul'.
Kata 'Iyo' akan menjadi 'Yi-o'. Dimana huruf 'i' ditukar dengan huruf 'y', serta rima 'o' tetap dipertahankan. Begitu pun dengan kata 'Ora' menjadi 'Ro-a'.
Perlu diingat bahwa kita hanya melakukannya dalam sebuah kata. Jadi, dalam sebuah kalimat strukturnya tetap sama seperti pertanyaan di paragraf pertama. Namun, masih terdapat perdebatan, ga jadi permasalahan juga sih, dalam sebuah kata yang tersusun lebih dari dua suku kata.
Semisal kata 'Internetan'. Ada yang menuturkan menjadi 'Niternetan' dengan hanya menukar dua suku awal. Ada pula yang menuturkan menjadi 'Nitertenan' yang seakan membagi kata per dua suku.
![]() |
| Gambar 1 Penggunaan 'sandi' sejak penulis bergabung di grup WhatsApp pemuda pada tahun 2018 |
Penutup
Sampai saat ini belum ada kesepakatan mengenai nama sandi ini. Penulis berharap dengan adanya pencatatan ini sebuah budaya yang tengah berkembang dapat terdokumentasi. Tidak ada harapan bahwa sandi ini akan tersebar luas dan dituturkan oleh banyak orang. Seperti yang banyak anak indie katakan "kalo udah rame, udah ga asik". Matur nuwun.

